(Caption: Kepala PKBM Riyadul Ulum, Dudu)
BANDUNG, Jelajahhukum.id _ PKBM Riyadul Ulum yang berada di Kampung Pangauban RT/RW 03/01 Desa Pangauban Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Provinsi Jabar, salah satu PKBM yang di duga melakukan manipulasi data dan penyalahgunaan anggaran.
Pasalnya, Kepala PKBM Riyadul Ulum ketika di minta keterangan oleh awak media, Dudu selaku kepala PKBM tidak memberikan informasi, seperti informasi kegiatan di PKBM, jumlah warga belajar yang ada di PKBM tersebut dan jumlah warga belajar usia wajib Dikdas, yang menjadi acuan untuk di bayarkan Bantuan Oprasional nya (BOP).
Setelah awak media beberapa kali mengenalkan diri dan menyampaikan identitas beserta surat tugas untuk melakukan kontrol sosial, Dudu malah menanyakan surat tugas dari dinas pendidikan Kabupaten Bandung, dan keperluannya seperti apa.
"Kalau gak ada, saya laporkan kamu ke sodara saya yang di MK dan KPK, mau saya telpon sekarang," ancamnya, (29/10/2023) di kantornya.
Selain itu, Dudu ketika di tanya terkait PKBM yang di kelolanya, malah mengatakan terhadap awak media.
"Di sini itu banyak preman-preman dan saya bisa mengendalikan dan membuat kondusif," ungkap Dudu, terhadap awak media.
Sementara itu, yang berkaitan dengan PKBM dirinya tidak memberikan penjelasan, ketika di tanya alasan kenapa tidak menjelaskan, dirinya malah membicarakan bahwa dirinya kenal dengan banyak wartawan di daerah sini.
Dengan pertanyaan yang ke empat kalinya, yaitu berapa jumlah warga belajar yang ada di PKBM ini, Dudu malah menunjukan tempat kegiatan PKBM yang di mana lokasinya di rumahnya sendiri, dan hanya mengatakan, PKBM itu dirikan oleh masyarakat untuk masyarakat.
"Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pendidikan terhadap masyarakat yang putus sekolah dan yang tidak melanjutkan sebelumnya, selain itu untuk membantu masyarakat mempunyai legalitas berbentuk ijazah," ujarnya.
Di lain pihak, A (inisial_red) selaku masyarakat setempat, saya tahu di situ ada PKBM dengan nama PKBM Riyadul Ulum, tetapi saya tidak pernah tahu berapa banyak jumlah warga belajar di laksanakan kegiatanya di mana, termasuk yang mendapatkan BOP nya berapa saya tidak pernah tahu.
"Hanya saja saya sedikit aneh dengan perubahan ekonominya, kondisi kehidupan yang terlihat megah seperti rumah megah kendaraan bagus. Sementara, beliau tidak punya perusahaan yang tetap bertani juga biasa saja, itu saja yang saya tahu," pungkasnya terhadap awak media.
(Hermawan)