Jelajahhukum.id||Sukabumi - Menindaklanjuti arahan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait kurikulum baru, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Kabupaten Sukabumi mengadakan rapat terkait pembahasannya di SMA 1 Palabuhanratu Jalan Bhayangkara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Rabu (18/05/2022)
Rapat sekaligus halal-bihalal tersebut menghadirkan 60 Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan juga swasta dari seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi
Perwakilan penyelenggara kegiatan Yudi Setiawan menyebutkan, kegiatan itu di samping untuk silaturahmi sesama kepala sekolah, tetapi sekaligus untuk membicarakan program kurikulum baru yang akan diterapkan di Sukabumi.
“Kurikulum baru tersebut dinamakan Kurikulum Merdeka, dimana kurikulum tersebut lebih cenderung melibatkan murid dalam proses perencanaan hingga penilaian,” jelas Yudi kepada awak media di sela-sela kegiatan acara.
Sedangkan penerapan kurikulum merdeka kata Yudi tidak diberlakukan untuk semua sekolah.
“Setiap sekolah ada kriteria tertentu, dan kepala sekolah nya pun diharuskan untuk mengikuti seleksi terlebih dahulu, kemudian setelah lolos seleksi maka sekolah tersebut akan mendapat predikat Sekolah Penggerak,” jelas Yudi yang didampingi oleh Isda seorang kepala sekolah dari SMA 1 Cidahu.
Nah, lanjut Yudi, setelah sekolah tersebut mendapat predikat sekolah penggerak, maka barulah kurikulum merdeka tersebut akan diterapkan pada sekolah yang bersangkutan.
“Untuk Kabupaten Sukabumi sendiri diantara 85 Sekolah Menengah Atas yang ada, baru 8 yang mendapat predikat Sekolah Penggerak di antara lain adalah SMA Negri Cibadak, Nagrak, Cikembar, Cikidang, Sukaraja dan Surade. 2 di antaranya adalah sekolah Swasta yaitu SMA Al- Bayan dan SMA Doa Bangsa,” papar Yudi Setiawan yang juga merupakan salah satu kepala sekolah penggerak.
Yudi Setiawan berharap dengan adanya kurikulum baru tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pendidikan Indonesia yang seutuhnya.
“Intinya kita akan mencoba kembali kepada apa yang telah difikirkan dan menjadi filosofi dari bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, yaitu Azas Trikon. Kontinuitas (Tidak melupakan akar nilai budaya, Konvergeni (Pendidikan harus memanusiakan manusia), dan Konsentris (Pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan murid),” pungkas Yudi.
(Irwan)